Kamis, 15 Januari 2009

Nabire Sangat Memprihatinkan


"Saya bukan pengamat sosial politik. Bukan juga bermaksud menjadi lawan politik. Saya adalah hanya masyarakat biasa. Saya hanya ingin memberitahu apa yang saya alami dan lihat dengan mata kepala saya sendiri. Ada beberapa hal yang menurut saya tidak cocok untuk perkembangan kota kita tercinta Nabire". Begitu kata seorang sahabat via telepon selulernya (handphone) membuka tirai keprihatinannya.

Katanya, Kabupaten Nabire saat ini sangat sulit sekali mendapatkan BBM (premium). Setiap hari jika kita membutuhkan BBM, harus antri minimal 3 jam. Saya pernah antri 3 jam lebih. Sampai saat ini, Nabire yang kota besar itu hanya mempunyai satu POM (pompa minyak) yang sudah lama sekali. Sebenarnya bukan tidak ada orang yang mau membuat POM. Siapa saja mudah membuat POM, apalagi mereka yang punya modal, soalnya (---POM sekarang milik persero. Red--). Ada yang sudah menyiapkan tempat untuk membuka POM, namun masih saja mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut diakibatkan karena persyaratan yang ada di Pemerintahan kota Nabire. Paraturan tersebut adalah untuk mendapat izin membuka POM harus menyerahkan uang sebesar Rp. 1.000.000.000,00 kepada pemerintah kabupaten Nabire. Pemerintahan yang dibanggakan oleh seluruh masyarakar Nabire.

Tidak hanya masalah POM. Dia juga mengelu masalah PLN. "Katanya semboyan Nabire KOTA EMAS, mungkin maksudnya banyak emasnya. Tetapi kota emas yang seharusnya bersinar siang dan malam itu justru sebaliknya. Mungkin, dulangnya pake wajan jadi mungkin gosong kah apa. Nabire itu tidak cocok disebut kota emas karena pada malam hari kota Nabire tidak bersinar sama sekali. Kalau tidak ada tukang ojek lewat mungkin kita tidak bisa lihat jalan). Bukannya di Nabire tidak ada orang jual lampu".
Dia lebih lenjut menjelaskan, sepanjang jalan mulai dari Rumah Sakit Umum Daerah Nabire sampai pantai MAF, misalnya ada lampu kota (jarak +- 10 m setiap tiang) namun lampu yang terlihat berjejer di siang hari itu malam hari tidak nyala. Hanya ada di satu yang menyala. Kalau memang PLN kota Nabire tidak mencukupi voltasenya untuk menyalakan lampu kota seharusnya anggaran lampu kota yang segitu banyak (belum lagi yang dipakai untuk uang rokoknya yang buat proposal) apa tidak lebih baik digunakan untuk meningkatkan kinerja mesin diesel yang digunakan PLN lebih dahulu. Jangankan untuk menyalakan lampu kota, lampu rumah saja (pelanggan) setiap hari mendapat giliran pemadaman. Tapi selama ini tidak ada tanggapan dari pihak pemerintah untuk mencari solusi atas masalah-masalah tersebut. Untuk masalah korupsi sudah tidak perlu dibahas lagi mungkin rakyat lebih paham. Cocoknya disebut korupsi terselubung. Ah.. masalah korupsi saya tidak mau bicara.

"Dana kompensasi BBM belum mencapai tujuan. Maksud saya orang yang seharusnya membutuhkan tidak mendapatkan begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah pada masyarakat Nabire yang masih tinggal di bukit-bukit. Sebenarnya hal ini tidak dapat digunakan sebagai suatu alasan karena jika mereka tidak terdata bukan salah mereka karena saya yakin bukan pilihan mereka untuk tinggal di tempat tersebut. Namun hal ini disebabkan karena pemerintah yang tidak memperhatikan dan atau setidaknya meninjau tempat tinggal mereka untuk memperdayakan (atau mungkin ada kalimat yang lain untuk memperdayakan) pemerintahan di tempat seperti itu misalnya ketua RT atau kelurahan. Kami sebagai rakyat, hanya berhadap ke depan akan lebih baik. Kalau pemerintah tidak mem.....", Kasihan pulsa habis dan sahabat itu tidak sempat menceriatakan keprihatinannya lebih lanjut.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com